from Kelab Greenboc by greenboc
Migrant Care tidak pernah merasa tergugat kerana membocorkan hasil siasatannya ke pihak umum berkaitan kes TKI Robingah (46) yang diperkosa seorang menteri Malaysia. Jika menteri berkenaan ingin mengugat Migrant Care, mereka siap menghadapinya.
"Kalau ada gugatan, Migrant Care tidak pernah mempublikasikan hasil investigasi. Jadi tidak ada kepentingan untuk tidak berani, karena ini sebuah kasus PRT," ujar Direktur Eksekutif Migrant Care, Anis Hidayah, dalam sidang konferens di Restoran Warung Daun, Jl Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (7/1/2011).
Migrant Care juga membantah, memendamkan kes ini kerana ada kepentingan politik. Kerana menurut Anis, tujuan berdirinya Migrant Care jelas untuk menangani kes-kes dan memberikan keadilan bagi tenaga kerja migran.
"Migrant Care di luar panggung itu, kita fokus menangani kasus dan mendorong keadilan bagi buruh migran. Kalau ada pihak-pihak yang memanfaatkan itu di luar kontrol kita," ucapnya.
"Dan kita tidak punya kepentingan apapun dengan menteri itu," tegas Anis.
Berita pemerkosaan terhadap Rubingah (46) asal Banjarnegara, dikatakan telah dihebohkan oleh salah satu tapak web berita pembangkang Malaysia, Harakah Daily. Harakah mendakwa ada kebocoran WikiLeaks berkaitan hal tersebut, seperti ditulis seorang blogger Malaysia, Rocky Bru.
Bru mengatakan sejauh ini hal-hal WikiLeaks adalah bahan-bahan yang dibincangkan di kalangan blogger. Bru yang juga mantan Ketua Pengarang The Malaysia Mail pun belum tahu apakah benar ada kebocoran WikiLeaks soal kes perkosaan ini.
Bru hanya memberikan tautan dokumen lain yang bukan WikiLeaks. Dokumen itu adalah laporan siasatan lembaga pembela hak-hak pekerja asal Indonesia, Migrant Care. Dokumen Migrant Care ini juga yang menjadi modal pihak pembangkang mengkritik Rais Yatim, misalnya saja dari Solidariti Anak Muda Malaysia (SAMM).
Sementara, Rais Yatim pun dalam pernyataan kepada agensi berita milik pemerintah Malaysia, Bernama, membantah keras tudingan itu. "Saya membantah tuduhan perkosaan yang dilakukan empat tahun lalu ataupun tuduhan yang disampaikan oleh penulis liar di internet atau partai politik," kata dia dalam pernyataannya, Khamis (6/1) kelmarin.
"Kalau ada gugatan, Migrant Care tidak pernah mempublikasikan hasil investigasi. Jadi tidak ada kepentingan untuk tidak berani, karena ini sebuah kasus PRT," ujar Direktur Eksekutif Migrant Care, Anis Hidayah, dalam sidang konferens di Restoran Warung Daun, Jl Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (7/1/2011).
Migrant Care juga membantah, memendamkan kes ini kerana ada kepentingan politik. Kerana menurut Anis, tujuan berdirinya Migrant Care jelas untuk menangani kes-kes dan memberikan keadilan bagi tenaga kerja migran.
"Migrant Care di luar panggung itu, kita fokus menangani kasus dan mendorong keadilan bagi buruh migran. Kalau ada pihak-pihak yang memanfaatkan itu di luar kontrol kita," ucapnya.
"Dan kita tidak punya kepentingan apapun dengan menteri itu," tegas Anis.
Berita pemerkosaan terhadap Rubingah (46) asal Banjarnegara, dikatakan telah dihebohkan oleh salah satu tapak web berita pembangkang Malaysia, Harakah Daily. Harakah mendakwa ada kebocoran WikiLeaks berkaitan hal tersebut, seperti ditulis seorang blogger Malaysia, Rocky Bru.
Bru mengatakan sejauh ini hal-hal WikiLeaks adalah bahan-bahan yang dibincangkan di kalangan blogger. Bru yang juga mantan Ketua Pengarang The Malaysia Mail pun belum tahu apakah benar ada kebocoran WikiLeaks soal kes perkosaan ini.
Bru hanya memberikan tautan dokumen lain yang bukan WikiLeaks. Dokumen itu adalah laporan siasatan lembaga pembela hak-hak pekerja asal Indonesia, Migrant Care. Dokumen Migrant Care ini juga yang menjadi modal pihak pembangkang mengkritik Rais Yatim, misalnya saja dari Solidariti Anak Muda Malaysia (SAMM).
Sementara, Rais Yatim pun dalam pernyataan kepada agensi berita milik pemerintah Malaysia, Bernama, membantah keras tudingan itu. "Saya membantah tuduhan perkosaan yang dilakukan empat tahun lalu ataupun tuduhan yang disampaikan oleh penulis liar di internet atau partai politik," kata dia dalam pernyataannya, Khamis (6/1) kelmarin.