22 Mac 2004 di mana pada tarikh tersebut Syeikh Ahmad Yassin, seorang tokoh mujahid Palestin menemui syahidnya.
“Wahai anak-anakku, telah tiba saatnya kalian kembali kepada Allah swt., meninggalkan berbagai sorak kehidupan dan menyingkirkannya ke tepi jalan. Telah tiba saatnya kalian bangun dan melakukan salat subuh berjamaah, saatnya kalian menghiasi diri dengan akhlak mulia, mengamalkan kandungan al Qur’an, serta meneladani Muhammad saw.
Aku mengajak kalian wahai anak-anakku untuk shalat tepat waktu. Lebih dari itu, aku mengajak kalian, wahai anak-anakku, untuk mendekat kepada Nabi kalian yang agung.
Wahai para pemuda, aku ingin kalian mengenal dan menyadari makna tanggung jawab, tegar menghadapi kesulitan hidup, meninggalkan keluh kesah, menghadap kepada Allah swt., banyak meminta ampunan kepada-Nya agar Dia memberi rezeki kepada kalian, menghormati yang tua dan menyayangi yang muda. Aku ingin kalian tidak terlena oleh saluran-saluran lagu audio visual, melupakan kata-kata yag mengobral cinta, serta menggantinya dengan kata amal, kerja, dan zikir kepada Allah. Wahai anak-anakku, kuharap kalian tidak sibuk dengan musik dan terjerumus ke dalam arus syahwat.
Wahai putriku, aku ingin kalian berjanji kepada Allah mempergunakan hijab secara benar. Aku meminta kalian berjanji kepada Allah peduli dengan agama dan Nabi kalian yang mulia. Jadikanlah ibunda kalian, Khadijah dan Aisyah, sebagai teladan. Jadikan mereka sebagai pelita hidup kalian. Haram hukumnya bagi kalian membuat usaha para pemuda untuk menjaga mata mereka menjadi kendur dan surut.
Kepada semuanya, aku ingin kalian bersiap-siap menghadapi segala sesuatu yang akan datang. Bersiaplah dengan agama dan ilmu pengetahuan. Bersiaplah untuk belajar dan mencari hikmah. Belajarlah bagaimana hidup dalam kegelapan yang pekat. Latihlah diri kalian agar dalam beberapa saat hidup tanpa listrik dan perangkat elektronik. Latihlah diri kalian agar dalam sementara waktu merasakan kehidupan yang keras. Biasakan diri kalian agar dapat melindungi diri dan membuat perencanaan untuk masa depan. Berpeganglah kepada agama kalian. Carilah sebab-sebabnya dan tawakallah kepada Allah.”
(Petikan salah satu pidato beliau)
Masa Perjuangan
Usia menamatkan sekolah menengahnya pada 1958, Yassin diberi kesempatan mengajar meski sebelumnya ditolak karena faktor kesehatan. Sebagian besar gajinya dari mengajar diserahkan untuk keluarganya. Ketika berusia duapuluh tahun, Yassin ikut berdemonstrasi di Gaza dalam rangka menolak serangan Israel ke Mesir pada tahun 1956. Saat itulah, tampak kepiawaian berorasi dan berorganisasi tampak.
Bersama teman-temannya, ia menyerukan untuk menolak campur tangan dunia internasional dan menegaskan kemestian kembalinya pasukan Mesir ke wilayah ini.
Lidah Yassin yang tajam membuat bintangnya meroket di kalangan aktivis dakwah di Gaza. Hal ini membuat intelijen Mesir menangkapnya pada tahun 1965 yang merupakan kelanjutan dari penangkapan besar-besaran yang ditujukan kepada aktivis Ikhwanul Muslimin. Ia dikurung selama sebulan, lalu dilepaskan setelah terbukti tidak bersalah. Tentang pengalamannya di penjara, pemimpin spritual HAMAS ini menuturkan, "Penjara makin menegaskan jiwaku dalam membenci kezaliman."
Setelah kekalahan pasukan gabungan negara-negara Arab pada perang 1967, yang membuat Israel mencamplok seluruh tanah Palestina termasuk Jalur Gaza, Yassin terus memompakan semangat jihad kaum Muslimin dari atas mimbar Masjid Al-Abbasi. Ia juga ikut bergiat dalam kegiatan pengumpulan dana bagi para keluarga syuhada maupun yang ditangkap. Tak lama kemudian, Yassin terpilih menjadi Ketua Lembaga Islam di Gaza. Yassin banyak berinteraksi dengan pemikiran Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Ustadz Hasan Al-Banna pada tahun 1928 di Mesir.
Aktivitas dakwah Syaikh Yasin mengusik zionis. Akibatnya, pemerintah memerintahkan untuk menangkapnya pada tahun 1982 dengan tuduhan membentuk lembaga militer dan terlibat dalam pengumpulan senjata. Ia divonis penjara selama 13 tahun, namun baru tiga tahun kemudian ia dilepaskan dalam proses imbal lepas tawanan antara Israel dan Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina.
Pada tahun 1987, bersama sejumlah aktivis dakwah Ikhwanul Muslimin di Jalur Gaza, Yassin mendirikan Harakah Al-Muqawamah AL-Islamiyyah yang sering disingkat dengan HAMAS. Gerakan ini berperan penting bagi meletusnya Intifadhah I atau juga dikenal dengan istilah "Intifhadah Masjid".
Sejak meletusnya Intifadhah, penjajah Zionis berpikir keras untuk menghentikan aktivitas Syaikh Yasin. Maka pada 1988, rumahnya diserbu, digeledah dan dirinya terancam diusir ke Libanon. Banyaknya tentara Israel yang tewas membuat Israel kembali menangkapnya pada 18 Mei 1989 bersama ratusan aktivis HAMAS lainnya. Pada 16 Oktober 1991, pengadilan militer Israel memvonisnya dengan penjara seumur hidup. Yasin dituduh mendorong penangkapan dan pembunuhan terhadap tentara Israel di samping mendirikan organisasi HAMAS.
Sejumlah operasi digelar oleh Brigade Izzuddin Al-Qassam, sayap militer HAMAS demi membebaskan Syaikh Yassin namun gagal. Yassin akhirnya kembali menghirup udara kebebasan, setelah proses tukar-menukar pada 1 Oktober 1997 antara kerajaan Yordania dan Israel. Dua agen Mossad diserahkan kepada Israel sebagai imbalan pembebasan Syaikh Ahmad Yasin. Sejak saat itu, singa tua ini kembali ke medan jihad Palestina, memimpin kelompok perjuangan HAMAS, hingga syahid menjemputnya.
Setelah kekalahan pasukan gabungan negara-negara Arab pada perang 1967, yang membuat Israel mencamplok seluruh tanah Palestina termasuk Jalur Gaza, Yassin terus memompakan semangat jihad kaum Muslimin dari atas mimbar Masjid Al-Abbasi. Ia juga ikut bergiat dalam kegiatan pengumpulan dana bagi para keluarga syuhada maupun yang ditangkap. Tak lama kemudian, Yassin terpilih menjadi Ketua Lembaga Islam di Gaza. Yassin banyak berinteraksi dengan pemikiran Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Ustadz Hasan Al-Banna pada tahun 1928 di Mesir.
Aktivitas dakwah Syaikh Yasin mengusik zionis. Akibatnya, pemerintah memerintahkan untuk menangkapnya pada tahun 1982 dengan tuduhan membentuk lembaga militer dan terlibat dalam pengumpulan senjata. Ia divonis penjara selama 13 tahun, namun baru tiga tahun kemudian ia dilepaskan dalam proses imbal lepas tawanan antara Israel dan Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina.
Pada tahun 1987, bersama sejumlah aktivis dakwah Ikhwanul Muslimin di Jalur Gaza, Yassin mendirikan Harakah Al-Muqawamah AL-Islamiyyah yang sering disingkat dengan HAMAS. Gerakan ini berperan penting bagi meletusnya Intifadhah I atau juga dikenal dengan istilah "Intifhadah Masjid".
Sejak meletusnya Intifadhah, penjajah Zionis berpikir keras untuk menghentikan aktivitas Syaikh Yasin. Maka pada 1988, rumahnya diserbu, digeledah dan dirinya terancam diusir ke Libanon. Banyaknya tentara Israel yang tewas membuat Israel kembali menangkapnya pada 18 Mei 1989 bersama ratusan aktivis HAMAS lainnya. Pada 16 Oktober 1991, pengadilan militer Israel memvonisnya dengan penjara seumur hidup. Yasin dituduh mendorong penangkapan dan pembunuhan terhadap tentara Israel di samping mendirikan organisasi HAMAS.
Sejumlah operasi digelar oleh Brigade Izzuddin Al-Qassam, sayap militer HAMAS demi membebaskan Syaikh Yassin namun gagal. Yassin akhirnya kembali menghirup udara kebebasan, setelah proses tukar-menukar pada 1 Oktober 1997 antara kerajaan Yordania dan Israel. Dua agen Mossad diserahkan kepada Israel sebagai imbalan pembebasan Syaikh Ahmad Yasin. Sejak saat itu, singa tua ini kembali ke medan jihad Palestina, memimpin kelompok perjuangan HAMAS, hingga syahid menjemputnya.